Untuk yang penasaran seperti apa kegiatan NGORANG di Dongeng Tidur Tala ke-7 “NGORANG”, beberapa hari lalu saya sempatkan belusukan ke tengah hutan di Gunung Malang. Ternyata, perjalanan ke hutan tidak semudah seperti ketika saya masih muda. Perjalanan ke hutan kali ini butuh tenaga lebih, dan mengatur napas secara berkala. Sementara anak-anak di kaki Gunung Malang yang saya ajak belusukan ke hutan berjalan segar-segar saja. Umur memang tidak pernah bohong. Plus juga saya kebanyakan duduk di ruangan ber-AC, makan jungfood, jarang olah raga. Lain halnya dengan anak-anak di kaki Gunung Malang. Mereka sudah terbiasa jalan kaki jauh-jauh tanpa ngos-ngosan.
Tapi demi mendapatkan foto, saya rela belusukan di tengah hutan menyusuri sungai selama tiga jam tanpa terasa karena matahari hanya bisa menembus celah-celah daun. Tiga jam itu perjalanan menyusuri sungai cuma sekilo meteran saja. Jika dilanjutkan, sungai ini akan berakhir di puncak hutan, sungainya semakin gelap dan rimbun. Jalan-jalan menysuri sungia di tengah hutan itu tidak akan pernah terasa, tahu-tahu hari sudah sore. Kacau kan pulang dalam keadaan gelap. Bisa-bisa bertemu rombongan babi mencari makan. Serem kan. Soalnya babi di hutan Gunung Malang makin gila semenjak polisi melarang penduduk berburu babi. Polisi OON!
Salah satunya cerita seorang petani yang duel maut di ladangnya dengan babi hutan seberat SATU KINTAL. Jadi Dongeng Tidur Tala seru nih. Hihihihi.
Mari kita pantau fotonya……
persiapan

Karena pemuda setempat sibuk, saya mengajak relawan anak kecil dan satu pemuda yang sudah terbiasa belusukan ke hutan. Dia membawa jaring untuk menampung udang. Tugasnya adalah mencari udang tanpa umpan.

Satu pemuda di kaki Gunung Malang siap menemani saya mencari udang di tengah hutan. Tugasnya mencari udang dengan umpan berupa cacing.

Jangan lupa bawa golok. Kali-kali bertemu babi, jadi siap berduel. Golok juga berfungsi untuk menebang pohon berduri yang melintang di tengah sungai.
memasuki hutan

Saatnya memasuki hutan. Saya berangkat jam delapan pagi. Saat udara masih sangat dingin dan embun yang jatuh ke kaki membuat kaki saya beku rasanya.

Matahari hanya bisa masuk melalui celah daun. Jangan lupa bawa jam. Jalan-jalan di hutan tidak akan pernah terasa.
kegiatan mencari udang

Cacing dicelupkan ke air di balik batu. Jaring disiapkan. Kalau udang keluar dari batu dan menggigit cacing, segeralah angkat ke dalam jaring.

Belusukan di sungai tengah hutan harus ekstra hati-hati. Batu licin dan jebakan duri bisa fatal akibatnya.

Jika pencari udang dengan umpan cacing sudah selesai di satu spot, tugas selanjutnya diserahkan ke pengubek-ngubek sungai. Anak ini menggunakan jaring dan menggiring udang dengan kakinya menuju jaring.
sungai di tengah hutan

Sungai berair jerni dan dingin ini memang jarang dijamah oleh orang serakah. Jadi semua dibiarkan alami. Termasuk tanaman dan pohon tumbang. Saya harus melangkahi banyak pohon tumbang dan berlumut.
rintangan di sungai

Rintangannya banyak. Pohon berlumut melintang di sungai ini. Melangkahi atau merunduk untuk melewatinya.
hasilnyaaaaa!

Hasilnya tidak begitu banyak. Harusnya dibutuhkan jumlah sekitar 4 orang untuk mendapatkan hasil banyak. Lagipula ini hanya sekedar mengabadikan foto dari Dongeng Tidur Tala. Kalau mau banyak, harus seharian penuh dan serius.

Udang ini mencapit jari saya. Rasanya kacrudddd! Sakit banget! Makanya saya jewer kumisnya dan saya foto.

Karena acara mencari udang ini mendadak dan tidak disiapkan kelapa untuk ditumbuk bersama udang, maka cara paling cepat adalah dibeginikan saja. Rasanya tetep enaakkkk!

Nahhhhh! Dimakannya barengan nasi LIWET dan pepes ikan mas. Nyam! Nyam! Lapar-lapar sekembalinya dari hutan pun langsung melahap.
Siapa mauuuuu? Hihihih
“sonofmountmalang”
Categories: dongeng tidur tala, foto cerita
AKU MAUUUUUUUUUUU!!!!! capslockseru
AYOOOOO!!! 😀
tapi aku mau bertarung sama babi…
Hahahahahah! Yakin? Babinya segede bagooongg!
lha aku segede apa belum tau yo mas?
Tau Dinosaurus gak? …. aku upilnya..
Haaaaaa? Upil dino kan segede kucing:p
eh… aku belum selesai kalimatnya…
aku upilnya…. yang dikumpulkan selama 10 tahun.
Haaaaaa! Itu upil udah jadi batu karang kayanya:d
Mau…
Yuuuukkk…!
untung tadi dah makan sama ikan sepat, tapi tetep aja liat udang kali digoyeng jadi pengen makan lagi
hmmm…. tapi yang lebih dipengenin tuh main air disungai *besuk ah main air di air jatuh* xixixixi
Mauu? Yukkkk! Siapin fisik dan perut kosong ya biar lahappp:p
sepertinya enak tuh…
telat saya mampir ke sininya… pasti dah diembat semua…
Bukan enak lagi, tapi ENYAAAKKKK!
BAGIIIII
Udang apapun dibikin peyek gitu memang enak 🙂
Eh nanya dong, itu cacing bisa panjang gitu nyambungnya pakai apaan?
Itu menggunakan ujung sapu lidi yang diambil dari pohonnya. Cara lainnya bisa juga menggunakan benang nilon layangan atau benang untuk menjahit. Horor ya, tapi ya itu nasib jadi cacing. *kejam*
Hm… rasanya judul “Makan Nasi Liwet dan Pepes Ikan Mas” lebih pas.. *sok pinter*
Bisaa banget. Endingnya sih makan itu setelah cape capean:p
*terinspirasi pelihara udang* pake filter ND nih gan?
Ini nggak pake filter-filteran. Nggak mampu belinya. Ini pake picture style dan dioprek-oprek di digital photo professional.:D
Bagus gan, airnya bisa woles gitu, hahaha kirain pake trik biar bisa f stop bukaan lebar dan exposure lama2an
Ini nyoba lensa 10-22 mm canon. Ternyata nggak memuaskan hasilnya.
17-35 bagus banget gan, ane pake itu short time aja bisa sampe klimaks berkali2
Oh yahhh. Menarik. Coba gue nabung dulu lagi ya. Setelah boke beli Tamron.