Saya bisa menuliskan senangnya ombak pertama kali dijahili matahari di berhalaman-halaman buku setebal dua ratus lima puluh depalan setengah.
Semisalnya saja, halaman depan dicoreti kalimat, “Kesenangan Seluas Lautan.”
Di halaman pertama akan saya tuliskan sepanjang perjalanannya,”Jalanan membelah angin. Langit tak bercacat. Aspal selicin otak-otak para bapak yang molor di gedung kura-kura. Pola-pola jalan tak terterka. Kadang melurus. Kadang meliuk. Kadang menurun. Kadang membelok. Kadang menanjak. Kadang menghenti. Kadang menyesat. Kadang tak terterka arah menuju kemana. Metaforanya jalanan di hati pararempuan.”
Di halaman kedua, saya bisa menuliskan,”Jiwa digiring angin. Insting menyala, merasa-rasa sebuah rasa, sesamar-samaran terdengar senyawa ombak, sehembus-hembus wangi molekul pasir menguapkan hara bahagia ke udara. Mereka-mereka menggiring tubuh menuju belahan bukit kapur tertatah patung-patung pandawa. Saya melihat, dari atas, lambaian-lambaian gelombangnya, mendengar seruannya supaya saya segera memelukinya.”
Di halaman ketiga, saya kisahkan pertemuannya dari alpha hingga omega, ”Menyepertikannya, sebotol kesenangan tanpa hydroxy atau pun psychedelic mushroom, ketika kaki memijak sebiji-biji merica atau keriangan ombak-ombak mendorong dan menarik tubuh-tubuh mungil, gendut, kecil, tinggi, pendek dan seribu ras, yang mempermainkannya. Dihempas ke daratan. Ditarik ke lautan.”
Di halaman kelima, akan saya tuturkan,”Pantai yang bajunya baru saja tersingkap. Masih sepi pemerkosa alam. Semisalkannyalah vila mewah. Restoran mahal. Kolam renang kelas Tuhan. Café-café seharga emas antam. Saya tergilai oleh sepinya. Asing. Tanpa musik. Hanya koloni ombak kalap melahap perpasiran. Hanya gubug-gubug busuk petani rumput laut. Sedikit terkontraskan oleh payung-payung malas ala Ibiza. Hiliran-hiliran petani ceking hitam memungut rumput laut terdampar.”
Di halaman berikutnya, saya akan terus menuliskan,”Terbiarkan di Pantai Pandawa. Bermain gila berduaan bersama partner gegilaan saya, @dwiyuniartid. Semoga tidak ada vila kelas dunia yang akan menggusur gubuk-gubuk rompeng petani rumput laut. Setidaknya, jangan sekarang. Tetapi mereka pasti akan terpinggirkan kacung kapitalis. Segera.”
Halaman berikutnya, Kesenangan Seluas Lautan akan saya isi, kelak saja. Sekarang, kita bermain-dipermainkan laut.
pantai pandawa-uluwatu, bali-indonesia.
“sonofmountmalang”
Categories: foto cerita, traveling
masih ada petani rumput laut, semoga keberadaan mereka tidak tergusur karena kepentingan lain
Iya. Kasian deh mereka kalau nanti kehilangan mata pencahariannya.
iyaaaa…
peluk para petani rumput laut 😦
Pelukin yang meluk petani rumput. Ehhhhh!
So, so, beautiful! I wish I was there. You are a wonderful person and this is a beautiful, joyful post, in an excellent blog. Bravo my friend~
Thank you, Mommy Cindy. It makes me fly so high to Spain and Italy:)
jadi nama pantainya….
mauuuuu
Hihihihihih! Buruan. Mumpung belum banyak yang tahuuuu. Mumpung masih PEREWII!
gak dapet tiketnya. semalam hunting, harganya sama aja… 😦
Hihiihihihihih! Panggil cupelmen ajahhh!
panggil sonofmountmalangman aja ah
Wonderful photos, I really loves the atmosphere… 🙂
Thanks, Led:P
keren banget!!! sangat butuh pantai 😦
Ayo mari mari menyeburkan diriiiii:p
Tuh kaaan! Tebakanku benaaar! Yaaay *joget- joget India*
*sodorin tiang listrik sama pohon*:p
eeh ?? kesetrum dunk ?!
Nggak tuh. Buktinya liat indihe. *joget2 di atas kereta*
iri banget sama gambar nomer empat
Hohohohoho. Mari nyebur:d