Tuhan
Jika Tuhan punya facebook atau twitter atau multiply atau blog atau situs, kira-kira apa yang akan dia tuliskan di status atau catatan hariannya ya.
Jika Tuhan punya facebook atau twitter atau multiply atau blog atau situs, kira-kira apa yang akan dia tuliskan di status atau catatan hariannya ya.
Hari ini langit terlihat biru. Awan-awan menepi di pinggiran Jakarta. Matari melotot sambil memuntahkan cahayanya. Panas rasanya di pagi ini. Tu(h)an, turunkan saja hujannya.
Kalau terus-terusan hidup di dunia nyata, kapan selesainya tulisan ini. Sepertinya harus keluar dari dunia nyata. Hanya saja sejauh ini pintunya selalu terkunci. Satu-satunya jalan adalah dengan mendobrak pintunya sampai rusak dan tidak bisa dikunci lagi. Baiklah! Mari kita hancurkan pintunya.
Awan sudah mengandung. Usianya kandungannya sudah terlihat tua dan matang. Kita yang ada di bumi sedang menunggunya melahirkan berjuta-juta anak turun. Namun sayang, matahari dan angin telah menggugurkan kandungannya. Semoga besok atau lusa, mereka mengandung lahir dan mampu melahirkan keturunan.
Secangkir Cappuccino di Gloria Jean’s Coffee. Rasanya pahit-pahit gurih. Lebih enak jika dibandingkan dengan Cappuccino di Starbucks atau pun Cafe Bean. Di selingi pembicaraan yang tidak penting. Antara pergi ke kawinan seorang teman kantor atau hanya duduk di sofa yang empuk dan enak untuk menulis. Waktu terus bergulir. […]
Jumat memang macetnya parah. Untuk itulah tiap jumat saya ngajak rekan sesama copywriter ngobrol di Starbucks. Pesan, duduk dan membuka laptop. Setelah itu kami berdua sibuk dengan laptop masing-masing. Tidak ada obrolan yang panjang. Kecuali kalau ada cewek lucu, seksi dan menarik duduk di ujung sana. Cantik. Putih. […]
|awal dan akhir| Awal I -Cantamila, Cantamila lama aku tak jumpa jemput aku di persimpangan jalan di bawah pohon rindang tempat dulu kita berpisah dihantarkan geguguran kelopak bunga; di sisi senja yang manja;aku tuangkan Cinta pada mulutmu yang lembut- Atmosfir Jakarta masih meremang Jalan-jalan lengang tidak bertuan Angin […]
Kopi itu sebuah tirani yang pahit. Membunuh jutaan kesepian. Menghanguskan rasa dingin. Membangun kerajaan di tengah hujan yang bercucuran sepanjang malam. Memerintah di sebuah cangkir. Terkadang mampu membenamkan kantuk ke dalam sumur tua. Secangkir kopi menjadi faham tiran yang menyebarluaskan adikitif, menciptakan ilusi-ilusi di kepala ketika hujan sudah […]